Tuesday, March 14, 2017

Rumah Klasik Jawa Kolonial

Terletak di kawasan wisata Yogya selatan yakni di Jalan Tirtodipuran Mantrijeron Yogyakarta, rumah ini bisa dibilang unik dan nyentrik. Jika dirunut dari sisi arsitekturnya, bangunan depan seperti rumah khas Jawa pada umumnya yakni bentuk model limasan. Namun, tidak sepenuhnya bergaya Jawa. Ada sisi dan sudut-sudut ruangan yang kental dengan bangunan khas kolonial yakni karakter tembok atau dinding yang tinggi sehingga membuat suasana rumah menjadi dingin dan sejuk tanpa harus menyematkan perangkat AC.
"Rumah ini dibangun tahun 1960-an. Kalau ciri khas bangunan pada masa kolonial lainnya yakni gaya dinding yang tebal. Dulu ada aturan kalau membuat rumah harus 1,5 bata. Dan efeknya memang terasa di dalam rumah menjadi sejuk. Rumah ini saya beli tahun 1989," ungkap pemilik rumah berkonsep Jawa Kolonial, Sinta Ravitasari.
Bagi Sinta dan suaminya, rumah tidak sekedar sebagai tempat tinggal semata namun juga sebuah kenyamanan yang tercipta dari seluruh kondisi rumah. Maka Sinta pun menghadirkan rumah Jawa Kolonial yang nyentrik. Karena dirinya sejak lama menekuni hobi dan bisnis barang-barang antik, maka di dalam rumahnya pun banyak ditemui berbagai perabot barang antik. Mulai dari meja, kursi, almari hingga tempat tidur.
"Saya punya tempat tidur antik gaya Cina maupun tempat tidur antik model Jawa. Kemudian berbagai pernak-pernik hiasan dari berbagai negara juga saya pajang di rumah ini. Pernak-pernik hiasan ini saya dapat saat saya sedang perjalanan bisnis ke luar negeri".


 Selain sebagai upayanya untuk melestarikan seni arsitektur tempo dulu, Sinta juga ingin rumahnya menjadi media bertegur sapa berbagai budaya yang ada di belahan dunia. "Yang saya simpan di rumah ini merupakan berbagai barang antik dari berbagai budaya dan juga negara. Saya sangat welcome kepada siapa pun saja yang bertamu ke rumah saya untuk mempelajari berbagai barang antik koleksi saya," ungkap Sinta.
Kiprah Sinta di dunia barang antik bukan waktu yang sebentar. Sejak masih muda, Sinta sudah cinta dengan barang-barang antik. Berawal dari bisnis barang antik ke berbagai negara di antaranya di Perancis, Maroko hingga Hongaria, akhirnya Shinta tercetus ide untuk melestarikan dan merawat barang-barang antik agar tidak banyak yang lari keluar negeri.

"Saya tidak ingin barang-barang antik yang merupakan sejarah masa lalu ini hanya tinggal cerita saja. Kalau butuh ingin melihatnya harus pergi ke luar negeri. Maka, ketika saya dapat barang antik yang langka dan istimewa, saya koleksi dan saya simpan di rumah ini," jelas Sinta.
Kemudian rumah ini juga dihiasi berbagai karya lukisan dari dalam dan luar negeri. Ada yang dari kampus ISI, kemudian dari Australia, Hongaria maupun dari Amerika.


Rumah unik yang juga difungsikan sebagai galery ini dinding luarnya dicat warna hijau. Karakter warna ini menyatu dengan tanaman perindang yang tumbuh di depan rumah. Pintu dan jendela kaca menegaskan bahwa rumah ini sangat terbuka buat siapa saja yang ingin bertandang untuk menikmati keindahan barang maupun perabot antik di dalamnya.

Di dalam rumah Sinta terbagi dalam beberapa sekat  ruangan. Dari depan, ruangan kamar tamu kemudian di sisi tengah rumah ada sekat taman berkonsep outdoor yang dihiasi beberapa meja dan kursi. Sisi belakang taman ada kamar tidur yang dibangun 2 lantai. Samping taman merupakan dapur yang digabung dengan ruang makan.

Ada suasana nyaman saat berkunjung di rumah ini. Sejauh mata memandang, perabot antik tampak tertata rapi di berbagai sudut ruangan. Ada wayang, almari antik hingga peralatan minum minum masa lalu yang masih tampak bersih dan mengkilap. Perabot istimewa lainnya, ada meja taman yang bahannya merupakan kayu fosil yang mempunyai guratan-guratan artistik.
Berkat keunikan rumah saya ini, banyak relasi tamu dari luar negeri yang ingin melihat suasana rumah ini dari dekat. Kalau mereka datang ke sini, mereka banyak yang mengapresiasi suasana rumah yang sejuk, nyaman namun tetap artistik.

No comments:

Post a Comment